Kesalahan dan Bias Pengambilan Keputusan
Membuat Keputusan: Rasionalitas,
Rasionalitas Terbatas, dan Intuisi
Pengambilan keputusan manajerial
diasumsikan bersifat rasional. Dengan asumsi itu kita maksudkan bahwa para
manajer membuat pilihan yang konsisten dan memaksimalkan nilai, dengan kendala tertentu.
Apakah yang mendasari berbagai asumsi rasionalitas itu dan seberapa valid
asumsi-asumsi itu?
Asumsi rasionalitas pengambil
keputusan yang rasional secara sempurna akan sepenuhnya bersikap objektif dan
logis. Dia akan mendefinisikan masalah dengan saksama dan akan memiliki sasaran
yang jelas dan tertentu. Selain itu, membuat keputusan dengan menggunakan
rasionalitas secara konsisten akan menghasilkan pemilihan alternative yang
memaksimalkan kemungkinan pencapaian sasaran tersebut.
Asumsi-asumsi rasionalitas
Pengambilan keputusan manajerial
secara rasional itu mengasumsikan bahwa keputusan itu dibuat demi kepentingan
ekonomi terbaik organisasi tersebut. Artinya, si pengambil keputusan itu
diasumsikan memaksimalkan kepentingan organisasi tersebut, bukan kepentingannya
sendiri.
Pengambilan keputusan manajerial
dapat mengikuti pengasumsian rasional jika syarat-syarat berikut ini dipenuhi:
manajer itu dihadapkan pada masalah sederhana yang sasarannya jelas dan
alternative-alternatifnya terbatas, dimana tekanan waktu sangat sedikit dan
biaya untuk mencari dan mengevaluasi alternative itu rendah, yang mana budaya
organisasinya mendukung inovasi dan pengembalian resiko, dan dimana
hasil-hasilnya relative konkrit dan dapat di ukur. Tetapi keputusan-keputusan yang
dihadapi para manajer di dunia nyata tidak memenuhi semua uji itu.
Contoh :
jika seseorang dihadapkan dengan 2 pilihan produk, produk A menawarkan harga yang tidak terlalu mahal dengan kualitas barang yang tinggi sedangkan produk B menawarkan harga yang sangat murah dengan kulaitas barang yang rendah pula, konsumen yang dihadapkan pada 2 pilihan ini cenderung akan memilih produk A dengan harga yang relative murah dengan kualitas yang tinggi disbanding produk B yang kualitasnya produknya rendah walaupun dengan harga murah.
jika seseorang dihadapkan dengan 2 pilihan produk, produk A menawarkan harga yang tidak terlalu mahal dengan kualitas barang yang tinggi sedangkan produk B menawarkan harga yang sangat murah dengan kulaitas barang yang rendah pula, konsumen yang dihadapkan pada 2 pilihan ini cenderung akan memilih produk A dengan harga yang relative murah dengan kualitas yang tinggi disbanding produk B yang kualitasnya produknya rendah walaupun dengan harga murah.
Rasionalitas Terbatas
Perilaku yang rasional berdasarkan
parameter proses pengambilan keputusan yang disederhanakan, yang dibatasi
(dipagari) oleh kemampuan seseorang untuk memproses informasi. Para manajer
mengetahui bahwa pengambilan keputusan yang “baik” diandaikan melakukan hal-hal
tertentu: mengidentifikasi masalah, mempertimbangkan, berbagai alternative,
mengumpulkan informasi, dan bertindak secara tegas, namun berhati-hati. Para
manajer, dengan demikian, diharapkan menampilkan perilaku pengambilan keputusan
yang benar. Dengan berbuat begitu, para manajer memberi isyarat kepada atasan,
rekan sejawat, dan bawahan mereka bahwa mereka itu kompeten dan bahwa keputusan
mereka merupakan hasil pertimbangan yang cerdas dan rasional.
Peranan Intuisi
Rod Aissa, wakil presiden untuk
bidang pengembangan bakat dan casting di MTV berbakat,”suatu hari saya berada
dirumah sedang menderita sakit tenggorokan dan saya menyaksikan siaran ulangan
MTV Cribs yang menampilkan rumah keluarga Osbourne. Mereka adalah keluarga yang
dinamis. Saya berpendapat,’mereka akan menjadi acara TV yang hebat.’ Jadi saya
mengatur sebuah rencana makan malam dengan Sharon osbourne, anak-anak dan dua
orang eksekutif MTV . kita ingin menyaksikan mereka berinteraksi. Semuanya
mengguncang perasaan kita dengan kuat. Kita tak pernah menguji acara itu. Kita
hanya tau bahwa itu akan menjadi acara yang hebat di TV. Seperti Rod Aissa,
manajer biasanya menggunakan intuisi mereka dan dapat membantu meningkatkan
pengambilan keputusan mereka. Apa itu pengambilan keputusan berdasarkan
intuisi? Itu adalah proses pengambilan keputusan berdasarkan pengalaman,
perasaan dan pertimbangan yang sudah terkumpul. Para peneliti yang mengkaji
penggunaan intuisi oleh manajer dalam pengambilan keputusan menemukan lima
aspek intuisi yang berbeda yaitu:
Intuisi
|
||||||||||||||||
Keputusan
berdasar nilai atau etika
|
Keputusan berdasar perasaan
|
Keputusan berdasar pengalaman
|
Keputusan berdasar kognitif
|
Pemrosesan mental bawah sadar
|
||||||||||||
Manajer membuat keputusan
berdasar nilai etika atau budaya
|
Manajer membuat keputusan berdasar perasaan
atau emosi
|
Manajer membuat keputusan berdasar
pengalaman lampau mereka
|
Manajer membuat keputusan berdasar
keahlian, pengetahuan dan pelatihan
|
Manajer menggunakan data dari pikiran
bawaah sadar untuk membantu mereka membuat keputusan
|
||||||||||||
Keuntungan :
a)
waktu yang digunakan untuk mengambil keputusan relatif lebih pendek
b)
untuk masalah yang pengaruhnya terbatas, pengambilan keputusan ini akan
memberikan kepuasan pada umumnya
c)
kemampuan mengambil keputusan dari pengambil keputusan itu sangat berperan, dan
itu perlu dimanfaatkan dengan baik.
Kelemahan:
a)
Keputusan yang dihasilkan relatif kurang baik.
b)
Sulit mencari alat pembandingnya, sehingga sulit diukur kebenaran dan
keabsahannya.
c)
Dasar-dasar lain dalam pengambilan keputusan seringkali diabaikan
Contoh :
Menentukan partner bisnis, penilaian
karyawan, memilih pendidikan, memutuskan produk baru. Dalam hal-hal sederhana
intuisi juga sangat berperan seperti memilih pakaian apa yang harus dipakai
hari ini, buku mana yang mau dibaca, dsbnya.
Jenis Masalah dan Keputusan
· Masalah yang
terstruktur dan keputusan yang terprogram
yaitu keputusan yang berulang- ulang dan rutin, sehingga
dapat diprogram. Sejumlah masalah itu sifatnya lugas. Keputusan terstruktur
terjadi dan dilakukan terutama pada manjemen tingkat bawah.
Contoh :
Manajer produksi dari PT. Indofood
selalu melakukan kegiatan rutin disetiap awal bulan, yaitu dengan melakukan
pembelian bahan baku untuk persediaan.
Contoh lainnya adalah pelanggan yang ingin mengembalikan
barang yang sudah dibeli ke toko pengecer tertentu, pemasok yang terlambat
mengirimkan barang yang penting, tim berita stasiun televise yang menanggapi
peristiwa yang tidak terduga dan menjadi berita hangat, atau perguruan tinggi
yang menangani mahasiswa yang ingin membatalkan mata kuliah. Situasi semacam
itu disebut masalah yang terstruktur dengan baik karena masalah itu
lugas sudah dikenal dan dapat didefinisikan dengan mudah.
·
Masalah yang
Tak Tersusun dan keputusan yang tak terprogram.
Yaitu masalah yang baru atau tidak biasa serta informasi
mengenai masalah semacam itu tidak jelas (ambigu) atau tidak lengkap. Keputusan
yang tidak terprogram itu unik dan tidak berulang, apabila manajer menghadapi
masalah yang buruk strukturnya, atau masalah yang unik, maka tidak ada solusi
yang tegas dan pasti masalah tersebut membutuhkan tanggapan yang dirancang
secara khusus melalui pengambilan keputusan.
Contoh :
1. masalah yang tidak
pernah berulang atau masalah yang tidak dapat diprediksi oleh seseorang misal pilot
tidak mengenal daerah sekitar dan petanya hilang.
2. Pak Andre adalah seorang Presiden Direktur PT. Angkasa. Ia
harus selalu bisa mengambil keputusan dengan cepat demi kelangsungan
perusahaannya. Pengambilan keputusan yang dia ambil berdasarkan informasi pasar
yang harus selalu ia ketahui. Contohnya adalah harga saham yang
selalu berubah. Dia harus bisa menyesuaikan keuangan perusahaan agar harga
saham perusahaan pada bursa efek bisa selalu stabil.
Integrasi
Sedikit saja keputusan manajerial
didunia nyata yang sepenuhnya terprogram ataupun sepenuhnya tidak terprogram.
Itu merupakan titik ekstrim dan kebanyakan keputusan terletak disuatu tempat
diantara kedua titik ekstrim itu. Sedikit saja keputusan terprogram yang dirancang
untuk melenyapkan pertimbangan pribadi sama sekali. Pada ekstrim yang lain,
bahkan situasi yang paling unik sekali pun yang memerlukan keputusan tidak
terprogram dapat dibantu dengan prosedur rutin yang terprogram. Cara berpikir
yang paling baik adalah menganggap berbagai keputusan itu sebagai sangat
terprogram atau sangat tidak terprogram, bukan sepenuhnya terprogram atau
sepenuhnya tidak terprogram.
Kondisi pengambilan keputusan
Ada tiga kondisi yang mungkin
dihadapi para manajer sewaktu mereka membuat keputusan:
1)
Kepastian
- Alternatif yang harus dipilih hanya memiliki satu konsekuensi/jawaban/hasil. Ini berarti hasil dari setiap alternatif tindakan tersebut dapat ditentukan dengan pasti.
- Keputusan yang diambil didukung oleh informasi/data yang lengkap, sehingga dapat diramalkan secara akurat hasil dari setiap tindakan yang dilakukan.
- Dalam kondisi ini, pengambil keputusan secara pasti mengetahui apa yang akan terjadi di masa yang akan datang.
- Biasanya selalu dihubungkan dengan keputusan yang menyangkut masalah rutin, karena kejadian tertentu di masa yang akan datang dijamin terjadi.
Contoh
:
Ketika dihadapkan pada 2 pilihan
investasi dimana investasi A mempunyai tingkat keuntungan 20% dan investasi B
bisa memberikan tingkat keuntungan 25%, maka kita mendapatkan informasi bahwa
investasi B bisa memberikan prospek yang lebih baik untuk dipilih.
2)
Resiko
- Alternatif yang dipilih mengandung lebih dari satu kemungkinan hasil.
- Pengambilan keputusan memiliki lebih dari satu alternatif tindakan.
- Diasumsikan bahwa pengambil keputusan mengetahui peluang yang akan terjadi terhadap berbagai tindakan dan hasil.
- Resiko terjadi karena hasil pengumpulan keputusan tidak dapat diketahui dengan pasti, walaupun diketahui nilai probabilitasnya.
- Pada kondisi ini ada informasi atau data yang akan mendukung dalam membuat keputusan, berupa besar atau nilai peluang terjadinya bermacam-macam keadaan.
Perusahaan A yang telah lama
berbisnis kerajinan rotan di daerah pariwisata bermaksud untuk menawarkan
produk baru berupa produk kaos. Perusahaan A sama sekali tidak bisa
memperkirakan apakah produk kaos itu bisa laku di tempat pariwisata tersebut,
karena perusahaan tidak mempunyai informasi sama sekali tentang penjualan kaos
di daerah tersebut.
Perusahaan A mempunyai tambahan
informasi bahwa di tempat pariwisata tersebut jumlah wisatawan meningkat
sebesar 20% setiap tahunnya. Dari informasi tersebut si pengambil keputusan
bisa memperkirakan bahwa jumlah konsumen di tempat wisata tersebut akan semakin
besar di tahun-tahun mendatang, dan ada kemungkinan konsumen tersebut akan
membeli produk kaos yang ditawarkan.
Pada
keadaan seperti ini pengambilan keputusan sangat bergantung kepada si pengambil
keputusan apakah dia termasuk sebagai orang pengambil resiko (risk taker) atau
cenderung menghindar resiko (risk averser).
3) Ketidakpastian
3) Ketidakpastian
- Tidak diketahui sama sekali hal jumlah kondisi yang mungkin timbul serta kemungkinan-kemungkinan munculnya kondisi-kondisi tsb.
- Pengambilan keputusan tidak dapat menentukan probabilitas terjadinya berbagai kondisi atau hasil yang keluar.
- Pengambil keputusan tidak mempunyai pengetahuan atau informasi lengkap mengenai peluang terjadinya bermacam-macam keadaan tsb.
- Hal yang akan diputuskan biasanya relatif belum pernah terjadi.
·
Tingkat ketidakpastian keputusan
semacam ini dapat dikurangi dengan cara :
- Mencari informasi lebih banyak
- Melalui riset atau penelitian
- Penggunaan probabilitas subjektif
Contoh:
Anda
baru mengenal seseorang, dia meminjam uang anda sebesar 500.000 untuk modal
usaha. Anda sama sekali tidak mengenal orang itu, maka seandainya anda berikan
uang sebanyak yang ia inginkan, anda tidak tahu sama sekali berapa
probabilitasnya bahwa orang tersebut akan mengembalikan uang yang dipinjamnya
tepat pada waktunya.
Gaya Pengambilan Keputusan
Gaya pengambilan keputusan manajer
dibedakan dengan dua dimensi. Yang pertama adalah cara berpikir seseorang dan
yang kedua dimensi toleransi seseorang terhadap ambiguitas. Apabila kita
membuat diagram dua dimensi tersebut, terbentuklah empat gaya pengambilan
keputusan:
1) Gaya mengarahkan: orang tersebut
memiliki toleransi rendah terhadap ambiguitas dan bersikap rasional dalam cara
berpikirnya. Mereka efisien dan logis.
Contoh:
Manajer pada kondisi karyawan lemah dalam
kemampuan, minat dan komitmenya. Sementara itu, organisasi menghendaki
penyelesaian tugas-tugas yang tinggi. Manajer harus bisa memainkan peran
directive yang tinggi, memberi saran bagaimana menyelesaikan tugas-tugas itu,
dengan terus intens berhubungan sosial dan komunikasi dengan bawahannya. Dengan
cara pertama pemimpin harus mencari tahu mengapa orang tersebut tidak
termotivasi, kemudian mencari tahu dimana keterbatasannya. Dengan demikian
pemimpin harus memberi arahan dalam penyelesaian tugas dengan terus menumbuhkan
motivasi dan optimismenya.
2) Gaya analitis: Pemimpin
mengendalikan semua aspek kegiatan. Pemimpin memberitahukan sasaran apa saja
yang ingin dicapai dan cara untuk mencapai sasaran tersebut, baik itu sasaran
utama maupun sasaran minornya. Pemimpin juga berperan sebagai pengawas terhadap
semua aktivitas anggotanya dan pemberi jalan keluar bila anggota mengalami
masalah. Dengan kata lain, anggota tidak perlu pusing memikirkan apappun.
Anggota cukup melaksanakan apa yang diputuskan pemimpin. Pada gaya kepemimpinan
ini seorang pemimpin masih menunjukkan sasaran yang ingin dicapai dan cara
untuk mencapai sasaran tersebut. Namun, pada kepemimpinan ini anggota diajak
untuk ikut memecahkan masalah yang sedang dihadapi.
Contoh:
Dalam suatu Perusahaan Sabun, Pemimpin ingin minimal
penjualan Sabun tersebut terjual 80%. Maka pemimpin tersebut mengawasi betul
kinerja anggotanya bekerja, dan pemimpin tersebut juga memberi jalan keluar dan
trik agar penjualan sabun tersebut bisa diatas 80%. Tetapi pemimpin tersebut juga berharap banyak
anggotanya bisa memecahkan masalah dan memberi saran agar mendapat jalan
terbaik tentang masalah yang dihadapi.
3) Gaya konseptual:
individu tersebut amat luas pandangan mereka dan akan melihat banyak
alternative. Mereka memusatkan perhatian jangka panjang dan sangat baik dalam
menemukan pemecahan kreatif atas sejumlah masalah.
Contoh:
Misalnya
anda ingin memutuskan membeli barang , setiap barang dibungkus rapi sehingga
anda tidak tahu mana yang bagus, mana yang cacat/rusak.Tetapi seandainya
penjual barang tersebut jujur dan anda diberitahu barangnya ada 10 buah dan
yang rusak 9 buah. Kemudian anda harus memutuskan jadi membeli atau tidak.
4) Gaya perilaku: individu
tersebut sangat baik dalam bekerja sama dengan orang lain. Mereka menaruh
perhatian pada prestasi anak buah dan sangat suka menerima saran dari orang
lain.
Contoh:
Dalam membuat suatu Project, Manajer harus
bisa mendengarkan dan menerima saran dari orang lain. Manajer harus
memusyawarahkan dengan mengadakan rapat dan agar terhindar dari konflik. Agar
Project tersebut bisa berjalan dengan baik, lancar, dan sukses.
Daftar Pustaka:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar