Rabu, 25 September 2013

Silabus 4, II

Kesalahan dan Bias Pengambilan Keputusan



Membuat Keputusan: Rasionalitas, Rasionalitas Terbatas, dan Intuisi
Pengambilan keputusan manajerial diasumsikan bersifat rasional. Dengan asumsi itu kita maksudkan bahwa para manajer membuat pilihan yang konsisten dan memaksimalkan nilai, dengan kendala tertentu. Apakah yang mendasari berbagai asumsi rasionalitas itu dan seberapa valid asumsi-asumsi itu?
Asumsi rasionalitas pengambil keputusan yang rasional secara sempurna akan sepenuhnya bersikap objektif dan logis. Dia akan mendefinisikan masalah dengan saksama dan akan memiliki sasaran yang jelas dan tertentu. Selain itu, membuat keputusan dengan menggunakan rasionalitas secara konsisten akan menghasilkan pemilihan alternative yang memaksimalkan kemungkinan pencapaian sasaran tersebut.

Asumsi-asumsi rasionalitas
Pengambilan keputusan manajerial secara rasional itu mengasumsikan bahwa keputusan itu dibuat demi kepentingan ekonomi terbaik organisasi tersebut. Artinya, si pengambil keputusan itu diasumsikan memaksimalkan kepentingan organisasi tersebut, bukan kepentingannya sendiri.
Pengambilan keputusan manajerial dapat mengikuti pengasumsian rasional jika syarat-syarat berikut ini dipenuhi: manajer itu dihadapkan pada masalah sederhana yang sasarannya jelas dan alternative-alternatifnya terbatas, dimana tekanan waktu sangat sedikit dan biaya untuk mencari dan mengevaluasi alternative itu rendah, yang mana budaya organisasinya mendukung inovasi dan pengembalian resiko, dan dimana hasil-hasilnya relative konkrit dan dapat di ukur. Tetapi keputusan-keputusan yang dihadapi para manajer di dunia nyata tidak memenuhi semua uji itu.
Contoh :
jika seseorang dihadapkan dengan 2 pilihan produk, produk A menawarkan harga yang tidak terlalu mahal dengan kualitas barang yang tinggi sedangkan produk B menawarkan harga yang sangat murah dengan kulaitas barang yang rendah pula, konsumen yang dihadapkan pada 2 pilihan ini cenderung akan memilih produk A dengan harga yang relative murah dengan kualitas yang tinggi disbanding produk B yang kualitasnya produknya rendah walaupun dengan harga murah.

Rasionalitas Terbatas
Perilaku yang rasional berdasarkan parameter proses pengambilan keputusan yang disederhanakan, yang dibatasi (dipagari) oleh kemampuan seseorang untuk memproses informasi. Para manajer mengetahui bahwa pengambilan keputusan yang “baik” diandaikan melakukan hal-hal tertentu: mengidentifikasi masalah, mempertimbangkan, berbagai alternative, mengumpulkan informasi, dan bertindak secara tegas, namun berhati-hati. Para manajer, dengan demikian, diharapkan menampilkan perilaku pengambilan keputusan yang benar. Dengan berbuat begitu, para manajer memberi isyarat kepada atasan, rekan sejawat, dan bawahan mereka bahwa mereka itu kompeten dan bahwa keputusan mereka merupakan hasil pertimbangan yang cerdas dan rasional.

Peranan Intuisi
Rod Aissa, wakil presiden untuk bidang pengembangan bakat dan casting di MTV berbakat,”suatu hari saya berada dirumah sedang menderita sakit tenggorokan dan saya menyaksikan siaran ulangan MTV Cribs yang menampilkan rumah keluarga Osbourne. Mereka adalah keluarga yang dinamis. Saya berpendapat,’mereka akan menjadi acara TV yang hebat.’ Jadi saya mengatur sebuah rencana makan malam dengan Sharon osbourne, anak-anak dan dua orang eksekutif MTV . kita ingin menyaksikan mereka berinteraksi. Semuanya mengguncang perasaan kita dengan kuat. Kita tak pernah menguji acara itu. Kita hanya tau bahwa itu akan menjadi acara yang hebat di TV. Seperti Rod Aissa, manajer biasanya menggunakan intuisi mereka dan dapat membantu meningkatkan pengambilan keputusan mereka. Apa itu pengambilan keputusan berdasarkan intuisi? Itu adalah proses pengambilan keputusan berdasarkan pengalaman, perasaan dan pertimbangan yang sudah terkumpul. Para peneliti yang mengkaji penggunaan intuisi oleh manajer dalam pengambilan keputusan menemukan lima aspek intuisi yang berbeda yaitu:

Intuisi









Keputusan berdasar nilai atau etika

Keputusan berdasar perasaan

Keputusan berdasar pengalaman

Keputusan berdasar kognitif

Pemrosesan mental bawah sadar






Manajer membuat keputusan berdasar nilai etika atau budaya

Manajer membuat keputusan berdasar perasaan atau emosi

Manajer membuat keputusan berdasar pengalaman lampau mereka

Manajer membuat keputusan berdasar keahlian, pengetahuan dan pelatihan

Manajer menggunakan data dari pikiran bawaah sadar untuk membantu mereka membuat keputusan


















Keuntungan :
a)      waktu yang digunakan untuk mengambil keputusan relatif lebih pendek
b)      untuk masalah yang pengaruhnya terbatas, pengambilan keputusan ini akan memberikan kepuasan pada umumnya
c)       kemampuan mengambil keputusan dari pengambil keputusan itu sangat berperan, dan itu perlu dimanfaatkan dengan baik.
Kelemahan:
a)      Keputusan yang dihasilkan relatif kurang baik.
b)      Sulit mencari alat pembandingnya, sehingga sulit diukur kebenaran dan keabsahannya.
c)       Dasar-dasar lain dalam pengambilan keputusan seringkali diabaikan
Contoh :
Menentukan partner bisnis, penilaian karyawan, memilih pendidikan, memutuskan produk baru. Dalam hal-hal sederhana intuisi juga sangat berperan seperti memilih pakaian apa yang harus dipakai hari ini, buku mana yang mau dibaca, dsbnya.

Jenis Masalah dan Keputusan

·        Masalah yang terstruktur dan keputusan yang terprogram
yaitu keputusan yang berulang- ulang dan rutin, sehingga dapat diprogram. Sejumlah masalah itu sifatnya lugas. Keputusan terstruktur terjadi dan dilakukan terutama pada manjemen tingkat bawah.
Contoh :
Manajer produksi dari PT. Indofood selalu melakukan kegiatan rutin disetiap awal bulan, yaitu dengan melakukan pembelian bahan baku untuk persediaan.
Contoh lainnya adalah pelanggan yang ingin mengembalikan barang yang sudah dibeli ke toko pengecer tertentu, pemasok yang terlambat mengirimkan barang yang penting, tim berita stasiun televise yang menanggapi peristiwa yang tidak terduga dan menjadi berita hangat, atau perguruan tinggi yang menangani mahasiswa yang ingin membatalkan mata kuliah. Situasi semacam itu disebut masalah yang terstruktur dengan baik karena masalah itu lugas sudah dikenal dan dapat didefinisikan dengan mudah.

·         Masalah yang Tak Tersusun dan keputusan yang tak terprogram.
Yaitu masalah yang baru atau tidak biasa serta informasi mengenai masalah semacam itu tidak jelas (ambigu) atau tidak lengkap. Keputusan yang tidak terprogram itu unik dan tidak berulang, apabila manajer menghadapi masalah yang buruk strukturnya, atau masalah yang unik, maka tidak ada solusi yang tegas dan pasti masalah tersebut membutuhkan tanggapan yang dirancang secara khusus melalui pengambilan keputusan.
Contoh :
1. masalah yang tidak pernah berulang atau masalah yang tidak dapat diprediksi oleh seseorang misal pilot tidak mengenal daerah sekitar dan petanya hilang.
2. Pak Andre adalah seorang Presiden Direktur PT. Angkasa. Ia harus selalu bisa mengambil keputusan dengan cepat demi kelangsungan perusahaannya. Pengambilan keputusan yang dia ambil berdasarkan informasi pasar yang harus selalu ia ketahui. Contohnya adalah harga saham yang selalu berubah. Dia harus bisa menyesuaikan keuangan perusahaan agar harga saham perusahaan pada bursa efek bisa selalu stabil.

Integrasi
Sedikit saja keputusan manajerial didunia nyata yang sepenuhnya terprogram ataupun sepenuhnya tidak terprogram. Itu merupakan titik ekstrim dan kebanyakan keputusan terletak disuatu tempat diantara kedua titik ekstrim itu. Sedikit saja keputusan terprogram yang dirancang untuk melenyapkan pertimbangan pribadi sama sekali. Pada ekstrim yang lain, bahkan situasi yang paling unik sekali pun yang memerlukan keputusan tidak terprogram dapat dibantu dengan prosedur rutin yang terprogram. Cara berpikir yang paling baik adalah menganggap berbagai keputusan itu sebagai sangat terprogram atau sangat tidak terprogram, bukan sepenuhnya terprogram atau sepenuhnya tidak terprogram.
Kondisi pengambilan keputusan
Ada tiga kondisi yang mungkin dihadapi para manajer sewaktu mereka membuat keputusan:
1)    Kepastian
  •     Alternatif yang harus dipilih hanya memiliki satu konsekuensi/jawaban/hasil. Ini berarti hasil dari setiap alternatif tindakan tersebut dapat ditentukan dengan pasti.
  •      Keputusan yang diambil didukung oleh informasi/data yang lengkap, sehingga dapat diramalkan secara akurat hasil dari setiap tindakan yang dilakukan. 
  •      Dalam kondisi ini, pengambil keputusan secara pasti mengetahui apa yang akan terjadi di masa yang akan datang. 
  •      Biasanya selalu dihubungkan dengan keputusan yang menyangkut masalah rutin, karena kejadian tertentu di masa yang akan datang dijamin terjadi.



      Contoh :
Ketika dihadapkan pada 2 pilihan investasi dimana investasi A mempunyai tingkat keuntungan 20% dan investasi B bisa memberikan tingkat keuntungan 25%, maka kita mendapatkan informasi bahwa investasi B bisa memberikan prospek yang lebih baik untuk dipilih.

2)    Resiko
  •      Alternatif yang dipilih mengandung lebih dari satu kemungkinan hasil.
  •      Pengambilan keputusan memiliki lebih dari satu alternatif tindakan.
  •      Diasumsikan bahwa pengambil keputusan mengetahui peluang yang akan terjadi terhadap berbagai tindakan dan hasil.
  •      Resiko terjadi karena hasil pengumpulan keputusan tidak dapat diketahui dengan  pasti, walaupun diketahui nilai probabilitasnya.
  •      Pada kondisi ini ada informasi atau data yang akan mendukung dalam membuat keputusan, berupa besar atau nilai peluang terjadinya bermacam-macam keadaan.
Contoh :

Perusahaan A yang telah lama berbisnis kerajinan rotan di daerah pariwisata bermaksud untuk menawarkan produk baru berupa produk kaos. Perusahaan A sama sekali tidak bisa memperkirakan apakah produk kaos itu bisa laku di tempat pariwisata tersebut, karena perusahaan tidak mempunyai informasi sama sekali tentang penjualan kaos di daerah tersebut.
Perusahaan A mempunyai tambahan informasi bahwa di tempat pariwisata tersebut jumlah wisatawan meningkat sebesar 20% setiap tahunnya. Dari informasi tersebut si pengambil keputusan bisa memperkirakan bahwa jumlah konsumen di tempat wisata tersebut akan semakin besar di tahun-tahun mendatang, dan ada kemungkinan konsumen tersebut akan membeli produk kaos yang ditawarkan.
Pada keadaan seperti ini pengambilan keputusan sangat bergantung kepada si pengambil keputusan apakah dia termasuk sebagai orang pengambil resiko (risk taker) atau cenderung menghindar resiko (risk averser).
3)    Ketidakpastian
  • Tidak diketahui sama sekali hal jumlah kondisi yang mungkin timbul serta kemungkinan-kemungkinan munculnya kondisi-kondisi tsb.
  • Pengambilan keputusan tidak dapat menentukan probabilitas terjadinya berbagai kondisi  atau hasil yang keluar.
  • Pengambil keputusan tidak mempunyai pengetahuan atau informasi lengkap mengenai peluang terjadinya bermacam-macam keadaan tsb.
  • Hal yang akan diputuskan biasanya relatif belum pernah terjadi.
·         Tingkat ketidakpastian keputusan semacam ini dapat dikurangi dengan cara :
- Mencari informasi lebih banyak
- Melalui riset atau penelitian
- Penggunaan probabilitas subjektif
Contoh:
Anda baru mengenal seseorang, dia meminjam uang anda sebesar 500.000 untuk modal usaha. Anda sama sekali tidak mengenal orang itu, maka seandainya anda berikan uang sebanyak yang ia inginkan, anda tidak tahu sama sekali berapa probabilitasnya bahwa orang tersebut akan mengembalikan uang yang dipinjamnya tepat pada waktunya.

Gaya Pengambilan Keputusan

Gaya pengambilan keputusan manajer dibedakan dengan dua dimensi. Yang pertama adalah cara berpikir seseorang dan yang kedua dimensi toleransi seseorang terhadap ambiguitas. Apabila kita membuat diagram dua dimensi tersebut, terbentuklah empat gaya pengambilan keputusan:
1)   Gaya mengarahkan: orang tersebut memiliki toleransi rendah terhadap ambiguitas dan bersikap rasional dalam cara berpikirnya. Mereka efisien dan logis.
Contoh:
Manajer pada kondisi karyawan lemah dalam kemampuan, minat dan komitmenya. Sementara itu, organisasi menghendaki penyelesaian tugas-tugas yang tinggi. Manajer harus bisa memainkan peran directive yang tinggi, memberi saran bagaimana menyelesaikan tugas-tugas itu, dengan terus intens berhubungan sosial dan komunikasi dengan bawahannya. Dengan cara pertama pemimpin harus mencari tahu mengapa orang tersebut tidak termotivasi, kemudian mencari tahu dimana keterbatasannya. Dengan demikian pemimpin harus memberi arahan dalam penyelesaian tugas dengan terus menumbuhkan motivasi dan optimismenya.

2) Gaya analitis: Pemimpin mengendalikan semua aspek kegiatan. Pemimpin memberitahukan sasaran apa saja yang ingin dicapai dan cara untuk mencapai sasaran tersebut, baik itu sasaran utama maupun sasaran minornya. Pemimpin juga berperan sebagai pengawas terhadap semua aktivitas anggotanya dan pemberi jalan keluar bila anggota mengalami masalah. Dengan kata lain, anggota tidak perlu pusing memikirkan apappun. Anggota cukup melaksanakan apa yang diputuskan pemimpin. Pada gaya kepemimpinan ini seorang pemimpin masih menunjukkan sasaran yang ingin dicapai dan cara untuk mencapai sasaran tersebut. Namun, pada kepemimpinan ini anggota diajak untuk ikut memecahkan masalah yang sedang dihadapi.
Contoh:
Dalam suatu Perusahaan Sabun, Pemimpin ingin minimal penjualan Sabun tersebut terjual 80%. Maka pemimpin tersebut mengawasi betul kinerja anggotanya bekerja, dan pemimpin tersebut juga memberi jalan keluar dan trik agar penjualan sabun tersebut bisa diatas 80%. Tetapi pemimpin tersebut juga berharap banyak anggotanya bisa memecahkan masalah dan memberi saran agar mendapat jalan terbaik tentang masalah yang dihadapi.

3)  Gaya konseptual: individu tersebut amat luas pandangan mereka dan akan melihat banyak alternative. Mereka memusatkan perhatian jangka panjang dan sangat baik dalam menemukan pemecahan kreatif atas sejumlah masalah.
      Contoh:
Misalnya anda ingin memutuskan membeli barang , setiap barang dibungkus rapi sehingga anda tidak tahu mana yang bagus, mana yang cacat/rusak.Tetapi seandainya penjual barang tersebut jujur dan anda diberitahu barangnya ada 10 buah dan yang rusak 9 buah. Kemudian anda harus memutuskan jadi membeli atau tidak.

4) Gaya perilaku: individu tersebut sangat baik dalam bekerja sama dengan orang lain. Mereka  menaruh perhatian pada prestasi anak buah dan sangat suka menerima saran dari orang lain.
      Contoh:
    Dalam membuat suatu Project, Manajer harus bisa mendengarkan dan menerima saran dari orang lain. Manajer harus memusyawarahkan dengan mengadakan rapat dan agar terhindar dari konflik. Agar Project tersebut bisa berjalan dengan baik, lancar, dan sukses.

          


Daftar Pustaka:





  • http://pelatihanguru.net/dasar-dasar-pengambilan-keputusan
  • https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&cad=rja&ved=0CC8QFjAB&url=http%3A%2F%2Fcore.kmi.open.ac.uk%2Fdownload%2Fpdf%2F12345165&ei=3-xCUtq4Ec6IrAenk4DABg&usg=AFQjCNFBAgK_5tYnqisqxtM7UmMlhdDTRw&sig2=Fd_bfrASiBN6XAFhWBttew&bvm=bv.53077864,d.bmk
  • https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&ved=0CCgQFjAA&url=http%3A%2F%2Fjournal.unpar.ac.id%2Findex.php%2Frekayasa%2Farticle%2Fdownload%2F106%2F707&ei=dO1CUvaCPNDtrQeEiYDoCA&usg=AFQjCNEkCUH9dLH-N4MKuSdzTQkouz9BZg&sig2=3Q4-2m1XGRytoNbzcgPeLQ&bvm=bv.53077864,d.bmk
  • http://sering-headache.blogspot.com/2013/05/jenis-jenis-pengambilan-keputusan.html
  • P. Robbins Stephen, Coulter Mary, Management eight edition, (Terjemahan oleh Harry Slamet Manajemen Edisi kedelapan), PT Indeks 2009.
  • http://www.mdp.ac.id/materi/2010-2011-2/SI348/052103/SI348-052103-772-3.ppt

  • Tidak ada komentar:

    Posting Komentar