A. Pengertian Kepercayaan
Kepercayaan (trust) berarti keyakinan terhadap integritas, kemampuan, atau karakter seseorang atau sesuatu.
Menurut Jack Welch, sang legenda General Electric (GE), kepercayaan adalah sebuah kekuatan yang sangat dahsyat. Kepercayaan dapat membuat seseorang menjadi percaya diri, terbuka, jujur, bersedia mengambil risiko, dan merasa lebih nyaman dalam menjalin hubungan dengan orang lain.
Menurut
Serrat, pemimpin dalam hal ini dapat diwujudkan melalui
visi, nilai-nilai, lingkungan kerja, pengelolaan sumber daya manusia (SDM), dan
kompensasi.
Bila
ingin membangun kepercayaan, organisasi harus memiliki visi yang jelas serta menekankan
pentingnya kontribusi karyawan dalam mencapainya.
Berkaitan dengan nilai-nilai,
kepercayaan hanya akan tumbuh jika pemimpin konsisten mengikuti dan mendukung
nilai-nilai organisasi.
B. Kepercayaan Sebagai Landasan Kepemimpinan
Kepercayaan
adalah suatu harapan positif bahwa orang tidak akan bertindak secara
oportunistik. Bila pengikut mempercayai pemimpinnya, mereka bersedia berkorban
bagi tindakan pemimpin.
Ada
tiga jenis kepercayaan dalam hubungan organisasi:
1. Kepercayaan
berdasarkan penolakan
Kepercayaan yang
didasarkan pada ketakutan akan pembalasan jika kepercayaan dilanggar. Bawahan sebenarnya tidak mempercayai atasannya
tetapi karena takut hal itu akan berdampak yang tidak diinginkan maka dia
memberikan kepercayaan semu ke pada atasannya.
2. Kepercayaan
berbasiskan pengetahuan
Kepercayaan
yang diberikan bawahan kepada atasan yang didasarkan pada keyakinan bahwa
atasannya memang benar dan kapabel.
3. Kepercayaan
yang berbasis identifikasi
Kepercaayaan
berdasarkan pemahaman timbal-balik tentang setiap instansi pihak lain dan
penghargaan atas kemauan dan keinginan pihak lain.
C. Kunci Membangun Kepercayaan
Robbins (2008) menyatakan, “The essence of leadership is trust” (esensi kepemimpinan adalah
kepercayaan). Kepercayaan adalah harapan positif.
Kunci membangun kepercayaan
ada lima dimensi, yaitu :
1.
Integritas
(Integrity)
Integritas ialah
sifat-sifat yang jujur dan bermoral (Robbins, 2000). ). “Kejujuran adalah mata uang yang berlaku
dimana-mana.” Di organisasi juga tentunya. Jujur dalam berorganisasi misalnya jujur saat mengemukakan
pendapat, laporan, jujur masalah uang, jujur dalam menilai kinerja, dan
lain-lain.
2. Kompetensi
(competence)
Integritas saja tentu tidak cukup. Pemimpin
harus memiliki bakat, sikap, pengetahuan, keterampilan, dan gaya yang sesuai.
Dengan kata lain, pemimpin harus benar-benar memiliki kompetensi yang
dibutuhkan.
Kompetensi ialah sifat, pengetahuan, dan kemampuan pribadi
seseorang yang relevan dalam menjalankan tugasnya secara efektif (Chung &
Megginson, 1993).
Sedangkan menurut Harris, et al.(1997), kompetensi meliputi
seluruh aspek penampilan kerja, melainkan juga persyaratan melatih
keterampilan- keterampilan tugas individual, mengelola sejumlah tugas yang
berbeda di dalam pekerjaan, merespons ketidakteraturan dan mengatasinya dalam
tugas-tugas rutin, serta mempertemukan tanggung jawab dengan harapan-harapan di
lingkungan kerja, termasuk bekerja sama dengan yang lain.
3. Konsistensi (concistency)
Konsistensi ialah sifat kokoh atau teguh (persistent) pada pendirian, meskipun
berbagai ancaman menghadang. Orang yang konsisten dapat diramalkan tingkah
lakunya, tidak mudah berubah-ubah perilakunya (sikap, pikiran dan perbuatannya),
ucapan dan janjinya dapat dipercaya serta cocok antara kata dan perbuatannya.
4. Kesetiaan (loyalty)
|
Orang yang setia tidak akan berkhianat, serong
atau selingkuh.
Loyalitas mengacu
pada kesetiaan pada organisasi, kerelaan berkorban untuk organisasi, dan
hal-hal lain yang sifatnya herois.
5. Keterbukaan (openness)
|
Cara
untuk meningkatkan keterbukaan adalah (1) mendayagunakan berbagai jalur
komunikasi, baik langsung maupun tidak langsung, (2) menyiapkan kebijakan yang
jelas tentang cara mendapatkan informasi, bentuk informasi dan prosedur pengaduan
apabila informasi tidak sampai kepada publik, (3) mengupayakan peraturan yang
menjamin hak publik untuk memperoleh informasi.
D. Cara
Membangun Kepercayaan
1. Mampu Menyesuaikan Diri
Pemimpin yang mampu
menyesuaikan diri adalah pemimpin yang mudah beradapatasi dengan lingkungan
yang selalu berubah-ubah dengan cepatnya. Ia harus fleksibel.Fleksibel ialah bersifat luwes kepada siapa saja
dalam pergaulan.
2. Kepedulian
Kepedulian (caring) berkorelasi positif dengan
kepercayaan. Pemimpin harus bisa menjadi sandaran bagi para pengikutnya tatkala
mereka merasa lelah, cemas, frustrasi, dan kehilangan motivasi.
3. Menciptakan Visi dan Budaya
Berasama-sama menciptakan visi dan budaya adalah
pemimpin bersama pengikutnya sama-sama menciptakan visi dan budaya lokal yang
ingin diciptakan, yaitu nilai-nilai yang terkandung dalam Mukadimah UUD 1945
sehingga dapat dipahami bahwa kekeluargaan dan gotong royong, musyawarah dan
mufakat, serta toleransi merupakan keunggulan bangsa.
4.
Komitmen
Pemimpin ialah
keterpanggilan dan pengabdian dan tanggung jawab terhadap diri sendiri,
kelompok, organisasi untuk terlibat, terikat dan kebersamaan dengan orang,
konsumen, organisasi dan tugas.
Setiap orang yang bekerja di suatu perusahaan
atau organisasi, harus mempunyai komitmen dalam bekerja karena apabila suatu
perusahaan karyawannya tidak mempunyai suatu komitmen dalam bekerja, maka
tujuan dari perusahaan atau organisasi tersebut tidak akan tercapai.
DAFTAR PUSTAKA
Sopiah. 2008. Perilaku Organisasional. Yogyakarta : C.V Andi Offset.
Usman, Husaini. 2009. Manajemen: Teori,praktik,dan riset pendidikan (edisi ketiga).
Jakarta : Bumi Aksara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar